Rabu, 09 September 2015

Gagal 2 - SNMPTN tulis

Katanya gagal itu keberhasilan yang tertunda, katanya gagal itu ‘jamu’nya calon orang sukses, katanya gagal itu hanya satu pintu tertutup diantara sekian banyak pintu lainnya.
Nyatanya gagal itu kenyataan menyakitkan, nyatanya gagal itu sepahit empedu, nyatanya gagal itu mematahkan. Mematahkan semangat, mematahkan hati, dan yang paling parah, mematahkan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri.
“kalau gagal lekas bangkit!” orang bilang demikian, nyatanya bangkit setelah gagal tak semudah memungut makanan yang jatuh belum 5 menit daripada mubazir. Memungut semangat yang baru saja dipatahkan realita ibarat memungut remah roti di sepanjang perjalanan pulang. Dan orang-orang akan memandang dengan tatapan penuh iba, saya tidak suka reaksi semacam itu, itu membuatku semakin merasa lemah, seolah mereka membenarkan kelemahan itu, meskipun kenyataannya mungkin memang demikian.

Terlepas dari itu semua, kegagalan itu tetaplah kenyataan yang harus diterima, sepahit apapun. Jadilah saya kembali mencoba berharap lagi.

Rabu, 26 Agustus 2015

Gagal 1 - SNMPTN undangan

Setiap kali kita mencoba sesuatu maka ujungnya pasti ada 2 kutub: berhasil & gagal. Berhasil atau gagalnya suatu usaha tergantung  pada seberapa besar niat, usaha serta doa. Terlepas dari seberapa inginnya kita berhasil dengan usaha tersebut, itu semua kembali pada 'sang sutradara', Allah SWT.
Ketika apa yang kita dambakan dan usahakan ternyata berbuah kecut, tidak dipungkiri hati kita pasti sakit, tapi sakit itu masih bisa diobati sebetulnya, yaitu dengan memahami bahwa kita hanyalah makhluk lemah yang sejatinya tidak tahu apa-apa, tidak tahu apa yang terbaik untuk kita, tidak tahu akan seperti apa nantinya jika sesuatu itu berhasil kita raih, apakah baik untuk kita atau sebaliknya, dan yang tahu semua itu hanyalah Allah SWT, maka percayakan saja semua pada Allah, Allah tahu apa yang cocok dan tidak cocok untuk kita, berhusnudzon sajalah, jangan sampai kita sampai putus harapan pada-Nya, sesungguhnya rahmat Allah itu tiada berbatas.
Pada tahun 2012, saya pernah mengalami sebuah kegagalan yang menurut saya sangatlah buruk, buruk sekali, rasa sakit yang tiada duanya, sekarang sudah 2015, jadi sudah biasa saja :D ya benar, waktu mengobati segalanya.

Waktu itu sistem penerimaan mahasiswa baru untuk PTN ada 2 jalur:

1. SNMPTN undangan (dulunya PMDK)

Sabtu, 25 Juli 2015

Kayaknya gue jatuh cinta deh.. sama kucing.

Kemaren pas jam istirahat, di kantin gue liat anak kucing yang seriously lucu banget, sambil makan gue liatin terus tuh anak kucing, dalem hati gue gemes sendiri jadinya. Mukanya kayak innocent gitu, matanya bulet-bulet polos gitu pokonya lucu lah! Warnanya putih-krem biasa seperti kucing-kucing liar pada umumnya, bulunya juga biasa seperti kucing-kucing liar pada umumnya, tapi entah kenapa gue kayak jatuh hati gitu sama kucing yang satu ini, apalagi pas liat tatapannya, semacam tatapan pengen dibawa pulang. Dari situ gue langsung yakin kalo kita bakal cocok.

Rabu, 17 Juni 2015

Ramadhan, bulan puasa atau bulan ngabuburit?

Hari ini kita bertemu lagi dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, Marhaban ya syahru Romadhon! Senang sekali rasanya masih diperkenankan oleh Allah SWT untuk kembali mencicipi nikmatnya ber-Ramadhan, Alhamdulillah.
Namun ada yang terasa berbeda dari tahun ke tahun, entah ini memang dirasa semua umat di Indonesia atau cuma perasaan saya saja, semoga ini hanya perasaan saya saja yang berlebihan. Kok saya merasa makin tahun bulan ramadhan ini euforianya makin terasa pudar ya? Khususnya di Indonesia ini, lebih khususnya lagi di daerah tempat saya tinggal. Sekali lagi semoga ini hanyalah perasaan saya.

Senin, 15 Juni 2015

Membersihkan Karang Gigi--membersihkan aib dengan cara aib.

Kemaren saya habis dari dokter gigi, ngebersihin karang, sebenernya agak males juga sih tadinya, tiap kesana dokternya gak ada mulu, tapi saya paksain soalnya udah lama gak pernah jadi. Well, finally saya berangkat dan udah janjian juga sama dokternya, dia cewek, namanya dokter Novita, jadi saya gak malu-malu banget lah kalau nanti buka mulut di depan dia, soalnya karang gigi saya banyak banget gak pernah dibersihin, dulunya waktu kecil jorok sih jarang gosok gigi, akhirnya gigi saya jadi jelek dan saya menyesal sekarang. Saya juga sering gak pede kalo ketawa lebar-lebar takut keliatan ‘emas’nya hehehe.

Jangan Lupa Bahagia!


Hidup ini bukanlah suatu ketiba-tibaan, tiba-tiba saya ada di dunia ini sebagai 'saya', tidak, saya sadar betul itu.
Kita lahir dan hidup melewati banyak fase pertumbuhan, hanya saja mungkin kita tidak ingat bahwa kita pernah bayi, tidak ingat bukan berarti tidak pernah terjadi bukan?
Kita tumbuh dari mulai bayi, balita, anak-anak, remaja, alay, dewasa, tua lalu mati. Bisa dibilang saat ini saya sedang berada pada fase transisi dari remaja ke dewasa, masih ada sisa-sisa kealayan disana, kadang masih labil dan belum begitu jelas tujuan hidupnya. Sejujurnya sayapun masih bingung dengan apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini.

Saya belum menemukan posisi saya di dunia ini sebagai apa, kalau ibarat mie instan sih apakah saya ini mienya, bumbu asin, atau cabe bubuk? atau mungkin minyak bawang? apa jangan-jangan saya ini cuma bahan pelengkap semisal bawang goreng kriuk? entahlah.. karena saya bukan mie instan.

Selasa, 02 Juni 2015

Aku harus menyibukkan diri

Setiap kali kerinduan itu datang, aku sadar aku belum menjadi siapa-siapamu, belum menjadi yang halal bagimu, maka aku harus menyibukkan diri.

Setiap kali tersirat dalam benakku untuk memilikimu, maka akan lebih bijak jika aku memilih untuk merenung dan berpikir, sungguh bahkan diriku sendiri pun bukan milikku. Maka aku harus menyibukkan diri.

Pernah suatu malam aku berkhayal terlalu jauh, membayangkan betapa bahagianya jika masa itu datang, masa dimana kita tidak perlu lagi menahan dengan sakit semua perasaan ini, hidup bersama dan membangun keluarga, menyenangkan, tapi seperti sudah kubilang bahwa itu terlalu jauh, aku takut kita tak sampai, maka aku lebih memilih untuk senyap, menyampaikannya dalam bentuk do’a kepada-Nya yang maha menentukan, semoga kelak kita dipersatukan. Maka aku harus menyibukkan diri.

Oh, cinta kita datang terlalu dini, dimana masa depan masih menunggu untuk diperjuangkan, kita masih berhutang usaha meraih mimpi, dan kitapun belum selesai dengan diri sendiri. Maka kita harus menyibukkan diri.


Semoga dengan cara ini, Tuhan akan ridho dengan usaha baik kita menjaga hati dari nafsu, hingga pada akhirnya kita akan berjodoh juga. Amin.

Minggu, 31 Mei 2015

Que sera, sera!

"..when I was just a little girl, I asked my mother what will I be?
will I be pretty?
will I be rich?.."
di atas adalah penggalan lirik lagu 'Que Sera Sera' yang kira-kira artinya begini :
"waktu aku masih kecil aku bertanya pada ibuku, aku akan jadi apa?
akankah aku jadi cantik?
akankah aku jadi kaya?"

Kalo dirasa-rasa sebenernya bukan waktu kecil aja sih kita bertanya-tanya kayak gitu, sampe sekarang juga masih suka galau soal masa depan padahal udah mau 21, udah tua dewasa ya :'D
kenapa sih kita harus mengkhawatirkan masa depan? eh maksudnya saya.
mungkin karena saya belum sepenuhnya aqil baligh jadi masih labil hehe.
Efek buruk dari terus mengkhawatirkan masa depan adalah kita akan terus takut mencoba hal baru, takut ini lah takut itu lah.. intinya sih takut gagal, alhasil karena dari awal mindsetnya dari awal udah kayak gitu usahanya juga jadi asal-asalan, ya udah lah kejadian deh tuh apa yang ditakutin ckck

Saya juga dulu gitu, usaha gak maksimal tapi pengen berhasil, disitu kadang saya merasa  malu.

Sepanjang hidup saya khususnya dalam dunia pendidikan, saya sudah sangat akrab dengan kegagalan, gagal SNMPTN undangan (dulunya PMDK), gagal SNMPTN tulis, gagal ini gagal itu, pokoknya gagal masuk PTN kira-kira 4 kali eh n5 gitu, lupa hehe. sejak itu saya jadi rentan galau dan takut masa depan saya tidak secerah muka cewek yang pake pemutih, seolah-seolah diterima di PTN adalah jalan satu-satunya untuk sukses.

Tahuna-tahun berlalu, namun rasa sakitnya masih sangat membekas di hati, saat takdir tidak sejalan dengan harapan, dan tidak ada pilihan lain selain menerimanya dengan lapang bola lapang dada. Akhirnya aku bekerja di *tiiiiiii       t* dan kuliah di *tiiiiiiit* jurusan akuntansi, yeah akuntansi! Padahal saya dari IPA, yang kemudian masalah jurusan ini menjadi masalah baru di hidup saya. Well, next time saya mau berbagi kegalauan tentang rasanya salah milih jurusan itu apa banget.
Daa n dari itu semua saya belajar bahwa hidup ini sebenernya simple, lakukan apa yang kita suka (selama itu di ‘jalur’ yang benar) yakini dan usahakan, doakan, lalu apapun hasilnya kelak, terima.

Terkadang kita hanya perlu menerima, tanpa harus memahami. Seperti lirik lagu : “hanya perlu terima.. dan tak harus memahami.. dan tak harus berfikir..” hehe tentu saja berfikir disini adalah berfikir yang macem-macem apalagi yang buruk-buruk, duh gak usah deh! Allah itu maha merencanakan dan jauh lebih paham tentang seluruh diri kita dan apayang terbaik untuk kita, lha wong Dia yang nyiptain kok :D ya kan?

pokonya yakin aja Que sera, sera! Whatever will be, will be! :)

Minggu, 12 April 2015

Adaptasi

Biasanya kalo baru beli sesuatu excited banget sampe keingetan mulu mau ngapain juga, contohnya baru beli baju yang udah lama banget dipengenin, dipake terus kemana-mana,  atau baru beli gadget yang emang udah  masuk wish-list sejak iklannya baru muncul, wah pasti bawaannya pengen terus dimainin,
seminggu pertama susah banget lepas dari tuh gadget kesayangan,
2 minggu, udah gak se-excited minggu kemaren,
Sebulan, udah agak jarang dimainin, seperlunya aja
Setengah tahun, aah udah biasa aja sama tuh gadget, ga ada rasa, yang tadinya kecolek dikit aja rasanya parno gitu takut lecet, apalagi kalo kebentur, duh langsung dielus-elus dah tuh, lalu dilap pake baju, sekarang mau kebanting  sampe baterenya amburadul juga kalem aja.
Pernah kan kayak gitu? Gak cuma sama gadget, tapi sama apapun, biasanya kita cuma ngerasa sesuatu itu berharga hanya pada saat baru memilikinya, lam-lama kita akan beradaptasi dan timbullah perasaan biasa, dan menjadi kebiasaan.
Ketika kita baru menempati lingkungan baru juga begitu, entah itu rumah baru, sekolah baru, atau tempat kerja baru, kita hanya akan canggung di awal, lama-lama akan terbiasa, semakin lama secara gak sadar kita akan mulai bergantung pada hal yang tadinya baru dan asing tersebut, dan lebih lama lagi hal tersebut akan menjelma jadi sebagian dari diri kita, maka saatnya harus hilang, berhenti, atau berakhir, hilanglah sebagian dari diri kita itu.