Katanya gagal itu keberhasilan yang tertunda,
katanya gagal itu ‘jamu’nya calon orang sukses, katanya gagal itu hanya satu
pintu tertutup diantara sekian banyak pintu lainnya.
Nyatanya gagal itu kenyataan menyakitkan, nyatanya
gagal itu sepahit empedu, nyatanya gagal itu mematahkan. Mematahkan semangat,
mematahkan hati, dan yang paling parah, mematahkan kepercayaan terhadap
kemampuan diri sendiri.
“kalau gagal lekas bangkit!” orang bilang demikian,
nyatanya bangkit setelah gagal tak semudah memungut makanan yang jatuh belum 5
menit daripada mubazir. Memungut semangat yang baru saja dipatahkan realita
ibarat memungut remah roti di sepanjang perjalanan pulang. Dan orang-orang akan
memandang dengan tatapan penuh iba, saya tidak suka reaksi semacam itu, itu
membuatku semakin merasa lemah, seolah mereka membenarkan kelemahan itu,
meskipun kenyataannya mungkin memang demikian.
Terlepas dari itu semua, kegagalan itu tetaplah
kenyataan yang harus diterima, sepahit apapun. Jadilah saya kembali mencoba
berharap lagi.
Singkat cerita, selepas gagal SNMPTN undangan kemarin saya akan
mencoba jalan lain untuk bisa kuliah di PTN yang jadi dambaan, ‘mungkin inilah
jalannya’ pikirku.
Jalur ini namanya SNMPTN Tulis, kalau kemarin penilaiannya
melalui nilai rata-rata rapor, kali ini para peserta harus mengikuti seleksi tulis
di kota daerah masing-masing. Tes ini diadakan secara serempak se-Indonesia,
agak-agak mirip UN lah, bedanya soalnya lebih susah dan ada Tes Potensi
Akademik (PTA) semacam psikotes. Untuk soal sendiri dibagi kedalam 3 kategori,
IPA untuk jurusan IPA, IPS untuk jurusan IPS dan IPC untuk mereka yang murtad
jurusan alias memilih jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan di SMA, anak IPA
milih IPS atau sebaliknya.
Waktu itu saya kebagian tempat tes di SMAN 7
Cirebon di jl. Perjuangan kota Cirebon. Saya tidak tahu tempatnya dimana karena
memang tidak pernah kesana sebelumnya, jadilah sehari sebelumnya saya survey
tempat ditemani bapak dan motor bebeknya. Setelah seharian kesana-kemari
mencari alamat—udah kayak Ayu tingting, akhirnya ketemu juga deh,lumayan jauh
lah karena harus 2 kali naik elf sama angkot (kalau naik mobil umum), sekitar 2
jam dari tempat saya tinggal.
Pada hari H tes saya merasa siap, insyaAllah,
karena memang beberapa minggu sebelumnya sudah mengikuti bimbel persiapan tes
sama kakak-kakak Komagama ITB, di rumah juga sudah latihan ngisi soal-soal
tahun-tahun kemarin, pokonya secara materi mah
siap lah.
Dan alhamdulillah ternyata cukup banyak juga
soal-soal tahun kemarin yang sempat dibahas di bimbel yang keluar pada saat
tes, lumayan :D
Hari pertama tes bisa dibilang lancar, walaupun
dijalan sempat ada kendala :
(1) Saya mabok darat di elf, tapi untung udah persiapan bawa kresek haha;
(2) waktu mau turun dari elf, temen saya yang duduk di sebelah—sebut saja Mangle, hampir dicopet sama mamang-mamang yang duduk di sebelahnya, tadinya tuh mamang-mamang sok-sok ngasih tau jalan gitu, ngajak ngobrol, eh ternyata udah ngincer tas, jadi pas Mangle mau ngambil uang buat bayar ongkos, copetnya ketauan masukin tangannya ke tas yang kebuka itu, tapi untung gak ada barang yang berhasil dirogol, kita cepet-cepet turun waktu itu, sempat panik juga sih karena sebelumnya Mangle sama copetnya rebut-rebutan tas gitu. Alhamdulillah kita gak ada yang terluka.
(1) Saya mabok darat di elf, tapi untung udah persiapan bawa kresek haha;
(2) waktu mau turun dari elf, temen saya yang duduk di sebelah—sebut saja Mangle, hampir dicopet sama mamang-mamang yang duduk di sebelahnya, tadinya tuh mamang-mamang sok-sok ngasih tau jalan gitu, ngajak ngobrol, eh ternyata udah ngincer tas, jadi pas Mangle mau ngambil uang buat bayar ongkos, copetnya ketauan masukin tangannya ke tas yang kebuka itu, tapi untung gak ada barang yang berhasil dirogol, kita cepet-cepet turun waktu itu, sempat panik juga sih karena sebelumnya Mangle sama copetnya rebut-rebutan tas gitu. Alhamdulillah kita gak ada yang terluka.
Well, hari kedua juga lancar dan tidak ada kendala
apapun.
Dan sekitar 2 minggu kemudian, pengumuman hasil
seleksi sudah dapat diakses di web SNMPTN, tinggal login menggunakan no.peserta
dan kita sudah dapat melihat hasilnya, apakah lulus atau tidak. Tapi karena
sekali lagi di rumah saya tidak ada koneksi internet, tolong digarisbawahi,
jadilah saya meminta bantudan teman—sebut saja Bambang, untuk melihat hasilnya,
saya SMS-in no.peserta saya dan saya tunggu beberapa menit dan tidak ada
balasan, saya SMS lagi Bambang menanyakan hasilnya juga tak kunjung ada
balasan, setelah beberapa puluh menit si Bambang tak juga memberi kabar saya
mulai curiga, antara dia sengaja membeuat saya penasaran dan memberi saya
kejutan dengan mengirim SMS “voilaaaa! Selamat ya kamu lulus!” atau hasilnya
tidak lulus dan dia tidak berani mengatakannya karena kasihan dan sedang
berusaha mencari kata yang tepat untuk memperhalus kalimat “Yang, kamu gak
lulus.”
Saya lebih feelling
dengan kemungkinan kedua, dan benar saja, SMS pun datang, dan kalimat tidak
lulus disertai kalimat prihatin dari Bambang pun muncul di layar hp hitam-putih
saya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar